Translate

Welcome

Selamat datang di blog saya, dan terima kasih atas kunjungannya SEMOGA ANDA TIDAK BOSAN ATAS BLOG SAYA, jangan lupa di beri kritik dan saran ya..... Welcome to my blog, and thanks for visiting, do not forget to give criticism and advice in it .....

Senin, 02 April 2012

Cara membudidayakan jagung


1. Hal Yang Harus di Perhatikan
1.1. Suhu
Suhu panas dan lembab amat baik bagi pertumbuhan tanaman jagung pada periode fase vegetatif sampai fase reproduktif, terutama pada saat mengakhiri pembuahan. Suhu yang terlalu panas dan kelembaban udara rendah berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung karena menyebabkan rusaknya daun dan terganggunya persarian bunga.
Temperatur yang dikehendaki tanaman jagung antara 21° C hingga 30° C. Akan tetapi temperatur optimum antara 23° C sampai 27° C. Hal ini tidak menjadi masalah yang berarti bagi areal pertanaman jagung di Indonesia. Di Jawa Timur yang terkenal banyak diusahakan tanaman jagung mempunyai suhu antara 25-27° C. Proses perkecambahan benih memerlukan temperatur yang cocok, kehidupan embrio dan pertumbuhanannya menjadi kecambah akan optimal pada suhu kira-kira 30° C dengan kapasitas air tanah antara 25-60%. Keadaan suhu rendah dan tanah basah sering menyebabkan benih jagung membusuk.
1.2. Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000-1.800 m dpl. Jagung yang ditanam di daerah dataran rendah yaitu pada ketinggian di bawah 800 m dpl dapat berproduksi dengan baik, dan pada ketinggian di atas 800 m dpl pun jagung masih bisa memberikan hasil yang baik pula.
1.3. Keadaan Tanah
Kedaan tanah yang kaya hara dan humus sangat cocok untuk tanaman jagung. Disamping itu tanaman jagung juga toleran terhadap berbagai jenis tanah. Namun tanaman jagung akan tumbuh lebih baik pada tanah yang bertekstur lempung (lempung berdebu atau berpasir) dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainasenya baik serta cukup air. Tanaman jagung toleran terhadap kemasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7. Tingkat kemasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung pada pH 6,8.

2. Persiapan Penanaman
2.1. Memilih benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

2.2. Pemilihan lahan yang baik
Lahan yang baik adalah lahan yang kering, berpengairan cukup, lahan tadah hujan, lahan gambut yang telah diperbaiki atau lahan basah bekas menanam padi. Agar tumbuh dan berproduksi dengan baik Jagung harus ditanam di lahan terbuka yang terkena sinar matahari penuh selama 8 jam.


2.3. Pengolahan lahan dan pembersihan gulma
Sebelum jagung ditanam, lahan perlu dibersihkan dari gulma dan tanaman liar. Gulma seperti alang alang, rumput teki, semak dan pohon perdu disiangi sampai ke akar akarnya. Gulma itu dibakar, abunya ditaburkan ke lahan sebagai kompos untuk kesuburan tanah. Gulma jangan dikubur, karena dikawatirkan akan munculnya hama seperti rayap dan semut. Selain itu, alang alang dan rumput teki bisa tumbuh kembali apabila hanya dikubur di dalam tanah. Selain gulma, pohon pohon besar yang tumbuh di sekitar lahan dan berpotensi menghalangi masuknya sinar matahari; untuk jagung melakukan proses fotosintesis, juga perlu ditebang.

2.
4. Pencangkulan
Pencangkulan dilakukan dengan memindahlkan tanah bagian bawah sedalam 15 s/d 20 cm ke atas permukaan lahan. Selain untuk menyeimbangkan ketersediaan unsur hara antara bagian bawah dan bagian atas lahan, pencangkulan juga dimaksudkan membuat tanah lebih remah dan gembur. Untuk lahan yang memiliki jenis tanah gembur atau bekas tanaman semusim, pencangkulan cukup dilakukan sekali saja. Sementara itu untuk lahan yang memiliki tanah berat, pencangkulan perlu dilakukan dua kali lalu digaru. Jika lahan yang digarap terlalu luas, pencangkulan bisa diganti dengan bajak agar pengerjaannya bisa lebih cepat.

2.
5. Pembuatan bedeng
Pembuatan bedengan untuk lokasi penanaman benih banyak dilakukan di dataran rendah pada lahan kering, lahan bekas sawah, atau lahan tadah hujan. Bedengan dibuat selebar 70 s/d 100 cm, dengan ketinggian antara 10 s/d 20 cm. Sedangkan untuk panjangnya disesuaikan dengan kondisi, kontur, lahan. Di daerah kering tinggi bedengan sebaiknya dibuat agak rendah untuk memudahkan penyiraman karena jika terlalu tinggi membutuhkan banyak air saat penyiraman. Di antara bedengan dibuat parit selebar 20 s/d 30 cm yang berfungsi untuk mengatur keluar masuknya air di bedengan agar akar jagung tidak tergenang.

2.
6. Pemupukan
Pemupukan dimaksudkan meningkatkan kandungan unsur hara di lahan tanam. Waktu pemberian pupuk RI1, yang paling efektif selain bersama dengan saat pencangkulan atau pembajakan bisa juga diberikan saat akan membuat lubang tanam. Dengan cara begitu, pupuk RI1 yang diberikan akan tercampur merata dengan lahan tanam. Sebagai pedoman untuk lahan 1 hektar diperlukan 12 – 15 liter pupuk RI 1.
3. Penanaman
3.1. Pola Penaman Jagung
a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.



3.2. Pembuatan lubang tanam
Lubang tanam dibuat sedalam antara 2 s/d 5 cm menggunakan tugal, yakni alat terbuat dari kayu bulat panjang ujungnya runcing. Jarak lubang adalah 20 x 20 cm atau 20 x 40 cm. Agar barisan lubang tanam yang dibuat menjadi teratur, bisa digunakan alat bantu berupa tali yang dibentangkan sepanjang bedengan. Sementara itu, untuk benih yang ditanam di parit bedengan, diperlukan jarak antar lubang sepanjang 20 cm.

3.3. Penanaman benih
Untuk menghindarkan hama dan jamur serta untuk merangsang pertumbuhan dengan kualitas yang baik, sebelum ditanam benih direndam terlebih dahulu ke dalam air yang sudah dicampur pupuk RI1 selama 30 menit. Sesudah direndam perlu ditiriskan, tetapi tidak perlu diberi fungisida. Penanaman benih dilakukan pada pagi atau sore, saat matahari tidak begitu terik. Setelah benih masuk ke lubang, maka lubang itu harus ditutuip lagi dengan tanah secara ringan; tidak perlu dipadat padatkan. Waktu terbaik menanam benih adalah waktu akhir musim hujan agar saat masa pertumbuhan hingga memasuki masa mengeluarkan buah, tanaman masih mendapatkan pasokan air dan diharapkan saat panen tiba, musim kemarau telah datang sehingga memudahkan proses pengeringan. Mengingat dewasa ini kondisi dan situasi musim di Indonesia selalu berubah, untuk memastikan jadwal yang tepat, seyogyanya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dinas pertanian setempat.

4. Perawatan
4.1. Penyulaman benih
Satu minggu setelah tanam benih akan tumbuh dan muncul tanaman muda. Saat itu pengecekan harus dilakukan. Jika ada benih yang tidak tumbuh, mati, atau tanaman muda terserang penyakit, segera lakukan penyulaman yakni melakukan penanaman benih kembali yang proses dan tata caranya sama dengan penanaman benih sebelumnya. Penyulaman ini dimaksudkan agar tanaman tumbuh seragam, baik umur maupun sosoknya. Karena itu penyulaman tidak bisa dilakukan setelah tanaman berumur di atas 25 hari, dikarenakan pada usia itu sistem perakaran tanaman sudah tumbuh kuat sehingga benih sulaman tidak mampu bersaing memperebutkan unsur hara.

4.2. Peniangan gulma
Penyiangan dilakukan dua kali; pada saat tanaman berumur 14 hari dan 40 hari setelah tanam. Untuk gulma seperti rumput atau perdu lain, penyiangan dilakukan manual dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman gulma sampai ke akar akarnya. Setelah itu gulma dikumpulkan dan dibakar sampai habis! Bersama penyiangan gulma yang kedua dilakukan juga pembubunan, yakni menutup akar tanaman yang muncul ke permukaan tanah dengan menggunakan tanah yang diambil di antara tanaman. Dengan menggunakan cangkul, tanah dipindahkan ke barisan jagung yang ada di kanan dan kiri hingga tercipta parit baru barisan tanaman. Hal ini dimaksudkan agar akar tanaman semakin mencengkeram tanah sehingga tanaman tidak akan roboh saat diterpa angin.

4.3. Pupuk lanjutan
Pada usia 15 s/d 30 hari setelah tanam atau setelah penyiangan pertama, tanaman perlu diberi pupuk lanjutan. Dengan tetap menggunakan RI1, pemberian pupuk ini dilanjutkan kembali setelah berusia 40 hari.

4.4. Pengairan
Pengariran dilakukan dengan sistem leb; mengalirkan air ke dalam parit hingga meresap ke seluruh bagian bedengan. Cara ini lebih efisien dibanding penyiraman manual yang tentu memakan banyak waktu dan tenaga. Agar akar tanaman tetap mudah bernafas, usahakan saat melakukan pengairan air tidak sampai menggenangi bedengan. Untuk lahan yang tergolong kering atau saat tanaman mulai mengeluarkan buah, pengairan harus dilakukan dengan teratur dan terjadwal. Lahan yang terlalu kering atau kekurangan air saat proses pembuahan akan mengakibatkan tongkol tumbuh kecil sehingga mengurangi jumlah produksi pada saat panen.


5. Peyakit dan Hama
5.1. Penyakit pada tanaman

a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.
Pengendalian yang dilakukan
- penanaman menjelang atau awal musim penghujan
- pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan
- cabut tanaman terserang dan musnahkan
- Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.
Pengendalian yang dilakuakan
- pergiliran tanaman.
- mengatur kondisi lahan tidak lembab
- Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw.
Pengendalian yang dilakukan
- mengatur kelembaban
- menanam varietas tahan terhadap penyakit
- sanitasi kebun
- semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC.
Pengendalian yang dilakukan
- mengatur kelembaban
- memotong bagian tanaman dan dibakar
- benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.
Pengendalian yang dilakukan
- menanam jagung varietas tahan
- pergiliran tanam
- mengatur jarak tanam
- perlakuan benih
- GLIO di awal tanam
5.2. Hama jagung

a. ULAT TANAH (Agrotis ipsilon)
Ciri-ciri hama : Larva biasa berada dalam tanah, berwarna coklat kehitaman, mempunyai tujuh pasang kaki.

Serangan : Hama  ini  menyerang  tanaman umur  1-3 minggu, dengan cara menyerang dan memotong pangkal batang pada waktu   malam   hari, siang hari ulat  bersembunyi  dalam  tanah.



b. ULAT GRAYAK (Spodoptera liptura)
Ciri-ciri hama :
• Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan, aktif pada malam hari.
• Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25 – 500 butir) tertutup bulu seperti beludru.
• Larva mempunyai warna yang bervariasi, yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok.
• Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari).

Serangan :
• Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab).
• Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja, sedang larva berada di permukaan bawah daun.
• Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.
• Serangan umumnya terjadi pada musim kemarau.
• Tanaman Inang Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis, dan tanaman lainnya.

c. LALAT BIBIT (Atherigona sp)
Ciri-ciri hama :
• Imago sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah.  Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari dimana betina hidup dua kali lebih lama dari pada jantan. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5 mm sampai 4,5 mm.
• Telur mulai diletakkan oleh Imago betina tiga sampai lima hari setelah kawin dengan jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan selama tiga sampai tujuh hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang, diletakkan dibawah permukaan daun.
• Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap.

Serangan :
• Serangan terjadi pada tanaman yang baru tumbuh (1-2 minggu setelah tanam).
• Larva yang baru menetas melubangi batang yang kemudian membuat terowongan hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati.

d. PENGGEREK BATANG (Ostrinia furnacalis)
Ciri-ciri hama :
• Ngengat aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari.
• Telur diletakkan berwarna putih, berkelompok, satu kelompok telur beragam antara 30-50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9.
• Larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah pindah, larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari.
• Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari.

Serangan :
• Hama menyerang tanaman menjelang berbunga dengan menggerek dalam batang, tanda terjadi serangan yaitu adanya serbuk berwarna putih berserakan di sekitar permukaan daun dan bunga jantan patah.
• Kerusakan yang ditimbulkan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, dan tumpukan tassel yang rusak.

e. PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa armigera)
Ciri-ciri hama :
• Telur diletakkan pada rambut jagung. Rata-rata produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan.
• Larva terdiri dari lima sampai tujuh instar. Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24 - 27,2°C adalah 12,8 - 21,3 hari. Larva memiliki sifat kanibalisme. Spesies ini mengalami masa pra pupa selama satu sampai empat hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah.
• Pupa umumnya terbentuk pada kedalaman 2,5 sampai 17,5 cm. Terkadang pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotoran serangga ini yang terdapat pada tanaman. Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35°C dan sampai 30 hari pada suhu 15°C.

Serangan :
• Imago betina akan meletakkan telur pada rambut jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan.
• Serangan serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.

f. BELALANG DAUN (Locusta migratoria)
Ciri-ciri hama : Belalang muda berwarna hijau, dan belalang dewasa berwarna coklat bercorak hitam
 Serangan : Belalang memakan daun tanaman, serangan yang parah bisa menghabiskan seluruh daun tanaman dan batang-batang muda. Serangan bisa melibatkan ribuan belalang.



6. Pemanenan
6.1. Ciri – ciri jagung siap panen
a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.

Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.

6.2. CARA PANEN

Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.

6.3. PERIODE PANEN

Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan ± 4 minggu setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar