Translate

Welcome

Selamat datang di blog saya, dan terima kasih atas kunjungannya SEMOGA ANDA TIDAK BOSAN ATAS BLOG SAYA, jangan lupa di beri kritik dan saran ya..... Welcome to my blog, and thanks for visiting, do not forget to give criticism and advice in it .....

Kamis, 29 Desember 2011

Contoh konfik Internasional


BAB  1 PERMASALAHAN

INDONESIA – MALAYSIA DALAM PERBUTAN PALAU SIPADAN DAN LIGITAN

            Sipadan dan Ligitan adalah 2 pulau yang disengketakan oloh Indonesian dan Malaysia, pula ini sebenarnya adalah milik Indonesia tetapi Selalu diakui oleh Malaysia diakui sebagai kepunyaannya. Perdebatan para menteri dan masyarakat Indonesia karena tida terima tanah Indonesia yang kaya akan asil alam dan tambangnya dan sekaligus pulau yang esotic diambil oleh Malaysia.

KERONOLOGI KASUS

            Kasus ini dimulai pada tahun 1969, ketika Malaysia bereaksi terhadap perjanjian kerja sama antara Indonesian dengan Japex ( Japan Exploration Company Limited ) tahun 1968, sebagai tanggapan tehadap kegiatan eksplorasi laut di wilayah sipadan. Tahun 1966 Malaysia juga melakukan kerjasama dengan Teiseki Oil Company pada tahun 1969, Malaysia mulai melakukan klaim bahwa Sipadan dan Ligitan merupakan wilayah Malaysia, yang hal ini langsung ditolah oleh pemerintah Indonesia. Serangkaian perjanjian, lobi diplomasi berlangsung dengan cara “ Asian way ”, sebuah cara yang mendepankan dialog, dengan menghindari konfik militer. Akhinya masalah itu menjadi redam dalam tanda kuti, artinya dialog tentang perselisihsan itu dicoba dengan cara “ sambil minum the “
            Indonesi sungguh terbaui dengan cara itu sehingga Indonesia tiba – tiba kaget ketika pada bulan oktober 1991, Malaysia tiba – tiba mengeluarkan peta yang memasukkan Sipadan dan Ligitan ke wilayah Malaysia, dan teragisnya Indonesia tidak tahu bahwa Malaysia membagun turisem dan area diving yang sangat bagus.Kemudian pada tahun 1997 Indonesia dan Malaysia sepakat menyerahkan pemasalahan ini ke mahkama internasional ( International Court of Justice ) the hague Belanda.




PEMBAHASAN.
LATAR BELAKANG
v Bagaimana diplomasi yang dilakukan Indonesia – Malaysia dalam penyelesaian kasus Sipadan dan Ligitan.
v Kenapa Indonesia kalah dalam kasus tersebut padahal peluang Indonesia – Malaysia sama.
v Bagaimanakah sikap yang harus diambil oleh Indonesia kedepannya dalam mengatasi kasus yang sama

UPAYA PENYELESAIANNYA
KEPUTUSAN MAHKAMA INTERNASIONAL
            Pada tahun 1998 masalah sengketa sepadan dan Ligitan dibawa ke mahkama internasional ( International Court of Justice ) the hague Belanda. Kemudian pada hari selasa 17 Desember 2002 mahkama internasional                ( International Court of Justice ) mengeluarkankan keputusan tentang kasus Sipadan dan Ligitan antara Malaysia . Hasilnya dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1 orang yang memihak kepada Indonesia dari 17 hakim itu, dan 15 diantaranya merupakan hakim tetap Mahkama Internasional, sementara satu lagi hakim pilihan Malaysia dan Indonesia. Kemenangan Malaysia, oleh karena didasarkan pertimbangan effectivity ( tanpa mempertimbangkan perairan tertorial dan batas – batas maritin), yaitu pemerintah inggeris ( penjajah Malaysia ) telah melakukan tindak administratip secara nyata berupa penerbitan ordonasi perlindungan satwa burung dan pemungutan pajak terhadap pengumpulan penyu sejak tahun1930, dan pengoprasian mercusuar sejak 1960-an. Sementara itu kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh Malaysia tidak menjadi pertimbangan, serta penolakan berdasarkan chain of title ( rangkaian kepemilikan oleh sultan sulu ) akan tetapi gagal dalam menentukan perbatasan laut antara Indonesia dengan Malaysia di selat makasar

ULASAN KEPUTUSAN MAHKAMA INTERNASIONAL
            Penyeleaian sengketa Sepadan dan Ligitan dilimpahkan kepada mahkama internasional

makalah ANTHURIUM


BAB 1 SOSOK ANTHURIUM
1. ANTHURIUM
Anthurium termasuk tanaman dari keluarga Araceae. Tanaman berdaun indah ini masih   berkerabat dengan sejumlah tanaman hias populer semacam aglaonema, philodendron,keladi hias, dan alokasia. Dalam keluarga araceae, anthurium adalah genus dengan jumlah jenis terbanyak. Diperkirakan ada sekitar 1000 jenis anggota marga anthurium.
Tanaman ini termasuk jenis tanaman evergreen atau tidak mengenal masa dormansi. Dialam, biasanya tanaman ini hidup secara epifit dengan menempel di batang pohon. Dapat juga hidup secara terestrial di dasar hutan.
Daya tarik utama dari anthurium adalah bentuk daunnya yang indah, unik, dan bervariasi. Daun umumnya berwarna hijau tua dengan urat dan tulang daun besar dan menonjol. Sehingga membuat sosok tanaman ini tampak kekar namun tetap memancarkan keanggunan tatkala dewasa. Tidak heran bila tanaman ini memiliki kesan mewah dan eksklusif. Dimasa lalu, anthurium banyak menjadi hiasan taman dan istana kerajaan-kerajaan di Jawa. Konon, dipuja sebagai tanaman para raja.
Secara umum anthurium dibedakan menjadi dua yaitu jenis anthurium daun dan jenis anthurium bunga. Anthurium daun memiliki daya pikat terutama dari bentuk-bentuk daunya yang istimewa. Sedangkan anthurium bunga lebih menonjolkan keragaman bunga baik hasil hibrid maupun spesies. Biasanya jenis anthurium bunga dijadikan untuk bunga potong

2. MORFOLOGI ANTHURIUM
·         AKAR
     Anthurium yang sehat biasanya mempunyai jumlah akar yang banyak, berwana putih dan menybar kesegala arah oleh sebab itu membutuhkan mediaya yang porous.
·         BATANG
Batang anthurium tidak kelihatan karena tertutup oleh media tanam. Setelah tanaman dewasa batang ini akan membesar menjadi bonggol.
·         DAUN
       Daun anthurium pada umumnya tebal dan kaku, bentuknya bervariasi seperti bentuk hati, meanjang, dan lancip.
·         BUNGA
     Anthurium mempunyai berumah satu artinya di dalam satu bunga terdapat satu sel kelamin. Bunga terdiri tangkai, mahkota, dan tongkol. Semua bagian bunga menjadi satu mem bentuk seperti  ekor.
·         BIJI DAN BUAH
     Buah berbentuk bualat dan menempel pada tongkol, buah yang muda berwarna hijau dan buah yang telah masak berwarna merah. Biji yang telah masak akan jatuh dari tongkolnya, biji inilah yang baik untuk disemai. Bibit yang berasal dari biji mempunyai sifat  yang berbeda dari induknya.
3. MEMPERBANYAK ANTHURIUM
                Dapat dilakukan dengan biji. Atau cara termudah dengan split anakan yang ada yang sebelumnya sudah disiapkan media tanamnya

4. KLASIFIKASI ILMIAH ANTHURIUM

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
 Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
 Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
 Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
 Sub Kelas: Arecidae
 Ordo: Arales
  Famili: Araceae (suku talas-talasan)
  Genus: Anthurium
  Spesies: Anthurium crystallinum Lindl.

5. JENIS – JNIS ANTHURIUM
Aglaonema redKochien
aglaonema venus
anthurium wave of love
anthurium Chiangmai
Anthurium Keris
Anthurium Hokerii
Anthurium Keris pilo melanoni

BAB 2 MENANAM DAN MERAWAT ANTHURIUM

1.Menanam Anthurium

anthurium termasuk tanaman yang bandel dan tidak manja. Jadi, memiliki dan merawat tanaman anthurium tidak repot. Tanaman ini, misalnya, tak butuh pemangkasan seperti pada tanaman cemara udang. Juga tak terlalu digemari kutu atau hama seperti pada tanaman sikas.
Anthurium juga dikenal sebagai tanaman dari keluarga arracae yang paling mudah beradaptasi dengan lingkungan.
Yang paling penting, jangan abaikan beberapa persyaratan hidup dibawah ini:
A. LOKASI:
Pada dasarnya, di Indonesia, tanaman anthurium dapat beradaptasi dengan baik di segala tempat: baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Namun untuk menjamin pertumbuhan anthurium yang bagus, daerah atau lingkungan tumbuh ideal bagi anthurium adalah di dataran menengah (medium) sampai dataran tinggi (antara 600 m – 1.400 m dpl).
B. SUHU:
Anthurium daun tumbuh ideal di dataran sedang yang bersuhu 24—28º C pada siang hari dan 18—21º C pada malam hari. Karena pada suhu tersebut menyebabkan perangsangan produksi klorofil (zat hijau daun) lebih banyak, sehingga warna daunnya menjadi lebih hijau. Namun, tanaman yang gampang perawatannya ini juga dapat beradaptasi dengan baik di daerah dataran rendah yang bersuhu 28—31º C pada siang hari dan 21—25º C pada malam hari.
C. KELEMBABAN:
Kelembapan adalah jumlah kandungan air di udara pada suatu lokasi. Anthurium dapat hidup pada kelembapan cukup tinggi, yakni 60—80%. Kalau kelembapan kurang dari 60%, tanaman akan cepat layu. Sedangkan, jika kelembapan lebih dari 80% akan memicu tumbuhnya jamur pada media sehingga mengancam kesehatan tanaman. Penyiraman pada tanah atau semprotan air yang lembut pada tanaman dapat meningkatkan kelembapan. Untuk mengukur kelembaban, gunakan Higrometer, alat pengukur suhu, yang bisa dibeli di toko2/ apotek di kota anda.
D. SINAR MATAHARI:
Sebagai tanaman yang hidup di daerah menengah dan tinggi, Anthurium tidak tahan terhadap panas matahari langsung. Tanaman anthurium yang menerima sinar matahari secara langsung atau berlebihan akan mengalami dehidrasi: daun-daunnya mongering atau hangus terbakar.
Sebaliknya bila kekurangan cahaya juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu. Misalnya, daun menjadi pucat atau lemas.
Yang ideal, anthurium membutuhkan tempat yang semi teduh (semi naungan). Kira-kira, lingkungan yang menerima sinar matahari dengan intensitas cahaya sekitar 30-60 %.
Jika Anda tinggal di dataran rendah seperti Jakarta, atau Surabaya, sebaiknya menggunakan shading net, yang berukuran 65% atau jika lokasi Anda di dataran menengah bisa menggunakan shading net berukuran 55%.
E. ANGIN DAN SIRKULASI UDARA:
Angin dan sirkulasi udara berkaitan erat dengan hal-hal yang sudah sebut di atas. Dalam kondisi suhu udara meninggi, maupun rendah sirkulasi udara bisa menjaga kestabilan kelembaban.

F. AIR:
Seperti halnya pada tanaman lain, air merupakan unsur penting untuk pembentukan akar, cabang, daun dan bunga. Namun dalam soal air, bagi Anthurium bisa dibilang, “malu-malu tapi mau”. Tepatnya, dia membutuhkan media tanam yang lembab. Penyiraman hanya dilakukan bila media telah kering. Media yang becek tergenang air, tidak bersahabat bagi tanaman ini. Kebanyakan air siraman, bisa membuat anthurium celaka, karena akar anthurium membusuk.
Penyiraman sebaiknya dilakukan dua hari sekali hanya bila cuaca panas atau pada musim kemarau. Tapi bila musim hujan, lihat kondisi dulu. Kalau media masih basah, penyiraman tidak perlu dilakukan.
Kalau bisa, selalu gunakan air yang bersih dan bebas dari pencemaran.
G. MEDIA TANAM:
Media tanam memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan kesehatan anthurium.
1. Syarat Media Tanam
Derajat keasaman (pH) media tanam yang ideal bagi anthurium adalah 6—7. Namun, anthurium masih mungkin hidup di media ber-pH 5,5 atau 6,5. Pada pH 7 atau netral, anthurium dapat tumbuh optimal karena ketersediaan unsur hara pada media terpenuhi dan ada jaminan kemampuan akar dalam menyerap nutrisi atau zat hara. Angka pH sangat penting karena berpengaruh pada kandungan unsur hara di media. Media disebut masam (tanda media miskin hara) jika angka pH di atas 7, dan disebut basa jika pH ada di bawah angka 7. Pada kondisi media asam, . umumnya cendawan lebih mudah tumbuh, meski ada juga cendawan yang tumbuh pada media ber-pH netral atau sedikit basa seperti jamur fusarium.
Cara untuk menaikkan pH media tanam, taburkan dolomit secara bertahap. Dolomit mengandung kalsium dan magnesium karbonat. Sebaliknya jika media dianggap terlalu basa, kita bisa menaburkan belerang pada media tanam. Cara yang paling praktis, ganti saja media tanamnya.
Porositas adalah kemampuan media dalam menyerap air. Tingkat porositas tanaman di setiap daerah berbeda-beda. Di daerah dataran rendah yang berudara panas, sehingga tingkat penguapannya tinggi, media harus mampu menahan air sehingga tidak mudah kering. Sedangkan di daerah dataran sedang dan tinggi yang umumnya sering hujan, gunakan media berporositas tinggi atau tidak boleh mengikat air terlampau banyak. Komposisi media yang digunakan sangat menentukan tingkat porositasnya.
Steril artinya media harus terbebas organisme yang dapat menyebabkan penyakit, seperti bakteri, spora, jamur, dan telur siput. Cara melakukannya cukup gampang, ada yang mengukus media tanam, menjemur seharian di terik matahari, menyiram media dengan air panas, ada juga yang merebus pupuk kandang sebelum digunakan. Cara lainnya yang sering dipraktikkan adalah menebarkan Furadan atau Basamine G ke media tanam untuk meracuni semut atau cacing.
2. Jenis dan Komposisi Media Tanam
Bahan organik yang digunakan bisa berupa pupuk kandang, kompos, humus, cincangan pakis, serutan kayu, dan arang. Komposisi media yang digunakan bisa berbeda-beda untuk setiap petani atau nurseri, tergantung pada iklim setempat.
Berikut beberapa variasi komposisi media yang selama ini dianggap ideal.
- Pakis dan Sekam bakar (arang sekam) dengan perbandingan 1 : 4.
- Sekam bakar dan pupuk kandang yang difermentasi dengan perbandingan 1: 1.
- Cacahan pakis dan kadaka (1:1).
- Pakis, humus, dan pupuk kandang (1:1:1).
Fungsi masing-masing komponen media:
· Pakis mempunyai rongga udara yang banyak, membuat akar tanaman bisa berkembang dengan nyaman dan memperoleh air dengan mudah. Pakis dikenal sebagai bahan campuran media yang bisa menyimpan air dalam jumlah cukup, sekligus drainase dan aerasinya mantap. Daya tahannya sebagai bahan media juga baik, yakni tidak mudah lapuk. Sangat layak digunakan di daerah dengan curah hujan tinggi.
· Sekam bakar dianggap memiliki daya serap terhadap air yang sedikit, tetapi aerasi udaranya sangat baik. Sekam disarankan sebagai bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25% saja, karena dalam jumlah banyak akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap air
· Pupuk kandang, baik berupa kotoran unggas atau ternak, atau humus dianggap memiliki kandungan N yang sangat menunjang dalam pembentukan daun, menjadikan daun lebih sehat dan segar serta membentuk sel dan jaringan pada tanaman.
Disarankan, setiap komponen dari media tersebut, disterilkan, guna menjaga tanaman terhindar dari jamur dan bakteri. Sterilisasi yang lazim dilakukan adalah dengan mengukus atau menyiram dengan air panas terlebih dulu pada komponen-komponen tersebut.

2.Tips Merawat Anthurium

1. Media Tanam
Media tanam untuk Anthurium berbeda-beda untuk masing-masing wilayah dengan iklim, suhu dan kelembaban juga kondisi bangunan dan penataan tanaman pada Green house ( bahan atap dan paranet ). Kami menggunakan campuran Akar Pakis ( kasar di bawah, lebih halus ke atas ) + Kompos ( dari bahan daun mahoni dan kotoran kambing ) + Sekam Bakar dengan perbandingan 3 : 1 : 1 . Untuk ukuran bibit bisa ditambahkan Cocopeat ( serabut kelapa ) untuk lebih menahan kandungan air tapi juga butuh perhatian khusus karena sering menggumpal yang mengakibatkan pertumbuhan akar kurang bagus.
2. Pupuk / Nutrisi Tanaman
Nutrisi yang diberikan untuk ukuran bibit dan remaja harus diperhatikan unsur N dari pada P dan K dengan kandungan C/N ratio lebih dari 10%. Untuk lebih memacu pertumbuhan akar dan daun bisa menggunakan pupuk Slowrelease ( banyak tersedia dipasaran ) bisa juga pupuk kemasan cair ( penggunaan dicampur dengan air pada penyiraman ). Berbeda untuk Anthurium bertongkol yang harus diperhatikan bahwa nutrisi untuk akar dan daun mulai dikurangi, yang harus dipacu adalah pertumbuhan tongkol menggunakan pupuk dengan unsur P dan K lebih tinggi dengan kandungan C/N rasio kurang dari 6%. Jadi kita harus memilih prioritas untuk memacu daun atau merangsang dan memacu pertumbuhan tongkol.
3. Menyiasati Tongkol pada Anthurium
Untuk dua tongkol pertama dan kedua ( tongkol latihan ) sebaiknya dipotong karena pasti penyerbukan kurang berhasil bahkan gagal sama sekali, baru mulai tongkol ketiga harus diperhatikan penyerbukan dengan dibantu dengan usapan kuas atau tangan apabila muncul serbuk sari pada tongkol. Untuk tujuan penyilangan harus dipilih karakter yang bagus dan karakter mana yang mau diambil dari induk pejantan dan betinanya. Hal ini tidak bisa secara instant menghasilkan varian baru yang berkualitas, harus banyak dilakukan eksperimen disertai pencatatan detail untuk prosentase dari bibit yang karakternya sesuai yang diinginkan. Harus diperhatikan dalam 1 indukan tidak boleh ada tongkol terlalu banyak, karena akan mengurangi nutrisi pada tongkol yang menyebabkan kualitas biji kurang bagus dan pertumbuhan tongkol pun terhambat.
4. Penyakit / Hama pada Anthurium
Penyakit pada tanaman Anthurium disebabkan oleh jamur, ulat, bakteri, suhu yang terlalu panas, terlalu lembab, atau terkena sinar matahari langsung. Penanganan penyakit harus tepat, harus dikenali terlebih dulu penyebabnya apakah jamur, bakteri atau ulat/ hama kecil lainnya, baru digunakan obat yang sesuai yang banyak terdapat di pasaran. Harus diperhatikan juga sirkulasi udara, intensitas sinar matahari dan kebersihan lingkungan dari Green House yang digunakan.

5. Merawat dan mengkilapkan daun Anthurium
Sekarang ini banyak sekali bahan pengkilap yang digunakan untuk daun anthurium. Kami menggunakan air dan kapas halus untuk pengelapan rutin, dan seminggu sekali kami menggunakan susu sapi segar untuk lebih menajamkan warna daun. Hindari penggunaan minyak dengan jumlah dan intensitas terlalu sering. Hal ini bisa mengakibatkan daun menguning dikarenakan titik-titik minyak membentuk titik fokus/api ( seperti pada lup atau lensa ) yang mengakibatkan sinar matahari memfokus pada titik yang semakin panas yang dapat menyebabkan daun terbakar.
Demikian tip dan trick yang kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi teman-teman penghobiis Anthurium. Apa yang kami sampaikan masih banyak kekurangan di sana-sini dan kami mengharap tambahan atau kritik dari teman-teman yang lebih ahli dalam dunia Anthurium. Harap diperhatikan penanganan dan perawatan Anthurium berbeda untuk masing-masing wilayah dengan ketinggian, suhu dan iklim yang berbeda.

3. Cara Atasi Hama Anthurium

Anthurium memang cenderung tahan terhadap serangan hama. Tetapi tetap saja ada kemungkinan tanaman Anda terserang.

Anthurium memang cenderung tahan terhadap serangan hama. Tetapi tetap saja ada kemungkinan tanaman Anda terserang. Berikut informasi mengenai hama dan cara penanganannya.

a. Aphid
Wujud hama ini adalah kutu berwarna kuning. Aphid biasanya hidup bergerombol pada pucuk tanaman dan pangkal bunga. Penyebarannya terhitung cepat. Karena aphid menghisap cairan daun, daun yang terserang tumbuh tidak sempurna, cenderung keriting, menghitam, dan kering.

Penanggulangan: gunakan insektisida seperti Ye Man Te, Demiter, Supracide, Decis, Curacron, atau Basudin. Insektisida ini bersifat kombinasi antara contact killing dan nervous disturbing. Artinya, bila insektisida mengenai serangga, serangga langsung mati. Jika tidak mati kemampuan reproduksinya hilang, sehingga terputuslah siklus hidup serangga. Semprotkan insektisida ke bagian tanaman yang terserang aphid seminggu sekali dalam kurun waktu tiga minggu. Pencegahan dilakukan dengan menyemprotkan insektisida sekali dalam sebulan.

b. Fungus Gnat

Fungus gnat adalah hama yang bentuknya menyerupai nyamuk berwarna hitam. Ia hidup pada media tanam yang lembab. Adenium yang terserang ditandai dengan adanya bintik hitam di kuncup bunganya. Kemudian kuncup bunga akan membusuk dan gugur.
Penanggulangan: semprotkan insektisida, seperti Ye Man Te, Demier, atau Proleaf ke bagian tanaman yang terserang. Alternatif lain Trigard dan Agrimec dengan dosis 0.5/liter air.

c. Mealy Bug

Hama ini berupa kutu berwarna putih dan mempunyai sejenis tepung yang dijumpai pada ketiak dan pucuk daun muda. Serangannya menyebabkan pertumbuhan pucuk yang abnormal. Penanggulangan: semprotkan insektisida, seperti Proleaf ke bagian tanaman yang terserang.


d. Nematoda
Nematoda umumnya ditemukan di media tanam yang diberi pupuk kandang. Gejala awal adalah menguningnya daun dan gugurnya kuncup bunga yang masih muda. Bagian yang diserang nematode adalah akar adenium. Jika adenium yang sakit dicabut dari potnya akan terlihat semacam umbi di akar serabut. Di samping itu ujung akar serabut banyak yang mati dan pangkal akar mengeriput atau berlubang. Jika dilihat dengan mikroskop akan tampak banyak cacing kecil menggerogoti akar adenium.

Kerusakan tanaman disebabkan sekresi air ludah yang diinjeksikan ke dalam tanaman saat nematoda menggigit atau memakan tanaman. Proses ini bisa menyebabkan kematian karena kekuatan akar dan tunas hilang, terbentuk luka, jaringan tanaman membengkak dan pecah.

Penanggulangan: cabut tanaman dari pot dan cuci akarnya pada air yang mengalir. Potong dan buang semua akar serabut yang rusak dan busuk. Selanjutnya akar direndam dalam larutan insektisida atau nematisida (misalnya atau nematisida Dazomet 98% dengan dosis sesuai anjuran) hingga seluruh akar dan pangkal batang terendam selama setengah jam. Selanjutnya angkat tanaman dan angin-anginkan di tempat teduh selama 1—2 minggu. Setelah tanaman sehat sebaiknya ditanam pada media tanam baru yang steril. Gunakan media tanam yang bersih dan bahan organik yang sudah matang benar. Jika perlu bisa ditambahkan nematisida butiran seperti Furadan 3G yang dicampur dalam media tanam.


e. Root Mealy Bug
Hama berupa kutu rambut berwarna putih ini umumnya dijumpai pada media tanam yang lembab. Tanaman yang terserang mengalami layu pucuk, kerusakan batang, dan disertai pembusukan akar. Jika media tanam dibongkar akan tampak hewan kecil bertepung putih yang menempel pada akar yang busuk.

Penanggulangan: gunakan gabungan nematisida, insektisida, dan fungisida, seperti Sursban atau Diainon (dosis 1 ml/l) atau Dazomet 98% dengan cara disiramkan langsung ke media tanam, atau ganti seluruh media tanam dengan media tanam baru yang steril. Untuk pencegahan, bisa dilakukan penyemprotan insektisida sebulan sekali.


f. Semut
Semut sering bersarang di dalam media tanam atau di bawah pot, sehingga bisa merusak akar dan tunas adenium. Semut tergolong vektor penyakit.
Penanggulangan: merendam sebentar pot adenium ke dalam air atau menyiramnya menggunakan obat antisemut.

g. Spider Mite

Hama ini bentuknya mirip laba-laba dan berwarna merah. Nama lainnya motes atau tungau merah. Hama ini senang bersembunyi di bawah daun dan ketiak daun. Adenium yang daunnya berbulu sangat rentan terhadap serangan hama ini karena si tungau suka bersembunyi di sela-sela bulu halus tadi sembari menghisap carian daun dan batang. Pada tanaman sakit di bagian bawah daun atau batang ditemukan sarang tungau merah berupa benang halus.

Gejala awalnya, daun akan berwarna kusam. Selanjutnya daun menguning dan cepat berguguran. Di samping itu tampak titik-titik kecil warna merah kecoklatan di permukaan daun. Serangannya bisa fatal ditandai dengan gugurnya daun dan keringnya pucuk batang karena cairan tanaman terhisap habis.

Penanggulangan: gunakan akarisida, misalnya Kelthane atau Omite. Semprotkan ke seluruh tanaman dan lingkungan sekitar dengan dosis yang dianjurkan. Penyemprotan dilakukan 2—4 kali setiap minggu. Tak perlu khawatir jika setelah disemprot daun-daun adenium berguguran, karena daun yang baru dan sehat akan segera muncul. Pencegahan paling efektif adalah meletakkan tanaman di tempat yang memiliki sirkulasi udara baik, terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Hama ini tidak menyukai tempat yang berangin kencang dan terkena siraman air hujan terus menerus.

h. Thrips
Wujudnya adalah kutu berwarna hitam yang bergerak cepat. Thrips menyerang kuncup bunga sehingga gagal mengembang dan menjadi kering. Penanggulangan dengan menyemprotkan insektisida, seperti Detimer, ke bagian yang terkena serangan.

BAB 3 PENGAMATAN TUMBUH KEMBANG ANTHURIUM

ANTHURIUM DAUN

Tanggal penanaman     : Minggu, 19 September 2010
Tinggi                           : +/- 15 cm
Jumlah daun                  : 5
Media tanam                 : Tanah humus
Penyiraman                  : 3 hari sekali
Perawatan daun             : Menggunakan heanbody
Melakukan pengamatan : 1 bulan sekali
Pot                                 : Menggunakan pot yang memiliki buangan air

PENGAMATAN PERTAMA, 20 OKTOBER 2011
        Bunga yang saya tanam mulai dari awal penanaman hingga sekarang belum ada masalah yang saya lihat. Pertumbuhan yang saya amati menunjukan perkembangan yang cukup pesat. Melihat hal ini, saya dapat menarik kesimpulan bahwa anthurium ini merupakan tanaman yang tidak sulit untuk beradaptasi dengan linggkungan dan sangat mudah dibudidayakan.

PENGAMATAN KEDUA, 21 DESEMBER 2010
          Bunga anthurium yang saya tanam kini bertambah tinggi. Tidak hanya bertanbah tinggi. Anthuriun daun saya jumlah daunnya juga bertambah banyak. Bulan kemarin yang jumlah daunnya hanya berkisar 4 helai, sekarang telah bertambah menjadi 7 helai.
          Hal yang menjadi permasalahan tanaman saya saat ini adalah salah satu daunya terbakar atau kering, akibat  terlalu banyak terkena sinar matahari. Namun itu bukan masalah yang berarti menurut saya, karena sekarang telah saya atasi.

PENGAMATAN KETIGA, 18 January 2011
        Bunga anthurium yang saya tanam mulai bertambah tinggi dan daunnya sekarang bertambah 1, menjadi 8 helai.

PENGAMATAN KEEMPAT, 26 FEBUARI 2011
        Bunga anthurium yang saya tanam bertambah 1 helai lagi daunnya, menjadi 9 helai. Namun seiring pertumbuhan daunnya , bunga saya mengalami masalah, daun tuanya tebakar dan mongering.

PENGAMATAN KELIMA, 22 MARET 2011
        Saya melakukan pemupukan terhadap bunga yang saya tanam.

PENGAMATAN KEENAM, 20 APRIL 2011
          Daun anthurium yang saya tanam daunnya bertambah berambah 3 helai pasca pemupukan, kini jumlah daunnya menjadi 12 helai.

PENAGMATAN KETUJUH, 28 MEI 2011
          Bunga anthurium yang saya tanam mengalani masalah yang besar, 4 helai daunnya terbakar. Untuk menghindari bahaya yang lebih lanjut, saya langsung menggunting pucuk daun yang mongering tersebut akibat terbakar, namu disamping itu daun bunga saya kini bertambah 2 helai. Jadi jumlah daun bunga anthurium saya kini menjadi 14 helai.

BAB 4 PENUTUP
1. KESIMPULAN
Anthurium termasuk tanaman dari keluarga Araceae. Tanaman berdaun indah ini masih   berkerabat dengan sejumlah tanaman hias populer semacam aglaonema, philodendron,keladi hias, dan alokasia. Dalam keluarga araceae, anthurium adalah genus dengan jumlah jenis terbanyak. Diperkirakan ada sekitar 1000 jenis anggota marga anthurium.

2. DAFTAR PUSTAKA
·         WWW.GOOGLE.COM
·         WWW.TANAMAN_HIAS.CO.ID
·         WWW.BIOLOGI.COM











MAKALAH BURUNG RANGKONG


1. BURUNG RANGKONG

 

Nama Inggris: Hornbill

Nama Indonesia: Rangkong, Julang, Kangkareng, Enggang

Klasifikasi Ilmiah:

Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Aves
Ordo: Bucerotiformes
Family: Bucerotidae

2. Morfologi Umum

Burung enggang, julang, burung tahun atau kangkareng merupakan sebutan lain dari burung rangkong (Hornbill) yang kita kenal di Indonesia.  Burung rangkong merupakan kelompok burung yang mudah dikenali karena memiliki ciri khas berupa paruh yang besar dengan struktur tambahan di bagian atasnya yang disebut balung (casque). Di Indonesia, ukuran tubuh rangkong berkisar antar 40 cm sampai 150 cm, dengan rangkong terberat mencapai 3.6 Kilogram.  Umumnya warna bulu di dominasi oleh warna hitam untuk bagian badan dan putih bagian ekor, sedangkan warna bagian leher dan kepala cukup bervariasi. Ciri khas burung rangkong lainnya adalah suara dari kepakan sayap dan suara “calling”, contohnya untuk Rangkong Gading (Rhinoplax vigil) mempunyai suara “calling” seperti orang tertawa terbahak-bahak dan dapat terdengar dari jarak 3 Km. Karakter unik di atas dapat dipergunakan sebagai identifikasi di lapangan untuk setiap jenis burung rangkong.

3. Persebaran dan Habitat

Di seluruh dunia terdapat 54 jenis burung rangkong. Burung rangkong mempunyai sebaran mulai dari daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Tenggara, New Guinea dan Kepulauan Solomon Sebagian besar hidup di hutan hujan tropis dan hanya beberapa jenis saja yang hidup di daerah kering seperti di Afrika. Indonesia merupakan rumah bagi 13 jenis burung rangkong yang tersebar di hutan hujan tropis, tiga diantaranya bersifat endemik. Mayoritas, rangkong banyak ditemukan di daerah hutan dataran rendah hutan perbukitan (0 – 1000 m dpl). Di daerah pegunungan (> 1000 m dpl) rangkong sudah mulai jarang ditemukan. Pulau Sumatera menempati jumlah terbanyak dengan 9 jenis, di susul dengan Kalimantan dengan 8 jenis. Dengan banyaknya jenis burung rangkong di Indonesia menjadikan daerah penting untuk konservasi burung rangkong di dunia.

4.Perilaku Makan

Burung rangkong yang hidup di hutan hujan tropis umumnya bersifat frugivorous. Buah beringin (Ficus spp) yang berbuah sepanjang tahun di hutan tropis Indonesia merupakan makanan yang sangat penting bagi burung rangkong (Kemp 1995, Hadiprakarsa, 2001). Selain buah beringin, jenis buah-buahan lainnya juga di konsumsi oleh burung rangkong seperti buah pala hutan (Myristicaceae) yang kaya akan protein dan lipid, kenari-kenarian (Burseraceae). Selain makanan berupa buah-buahan, burung rangkong juga memakan invertebrata dan vertebrata kecil. Selain untuk memenuhi kebutuhannya seperti saat perkembangbiakan, makanan berupa invertebrata dan vertebatra kecil juga di konsumsi sebagai makanan pengganti di saat ketersediaan buah mulai menipis. Di dukung oleh postur tubuh yang memungkinkan burung rangkong terbang cukup jauh (200-1200 m/jam,) dan kapasitas perut yang cukup besar, burung rangkong dapat memencarkan biji hampir di seluruh bagian hutan tropis sehingga dapat menjaga dinamika hutan.

 

5. Reproduksi

Sebagian besar burung rangkong Indonesia hidup secara berpasangan (monogamous), hanya 3 jenis yang hidup secara berkelompok. Selama masa perkembangbiakan semua jenis burung rangkong yang hidup di hutan tropis bersarang di pohon berlubang yang terbentuk secara alami. Berdasarkan hasil penelitian pohon berlubang yang tersedia di alam mempunyai diameter pohon lebih besar dari 45 cm. Pada saat bersarang rangkong betina akan masuk kedalam lubang yang kemudian ditutup oleh lumpur dan kotorannya—hanya menyisakan sedikit celah untuk mengambil makanan dari rangkong jantan atau anggota kelompoknya dengan menggunakan paruh. Setiap jenis burung rangkong mempunyai daur perkembangbiakan yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, musim hujan dan pohon berlubang di dalam habitatnya. (Kemp, 1995). Setelah bersarang, selama 4-6 hari rangkong betina akan mengeluarkan telur yang berjumlah antara dua (untuk rangkong berukuran besar) sampai delapan butir telur (untuk rangkong berukuran kecil). Setelah telur menetas rangkong betina akan mengerami telurnya (inkubasi) mulai dari 23 sampai 42 hari tergantung dari jenisnya.

6. Konservasi

Seluruh jenis rangkong di Indonesia di lindungi oleh pemerintah yang di tuangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Berdasarkan IUCN, 5 jenis rangkong Indonesia berstatus terancam dan satu jenis bersifat mendekati kepunahan. Ancaman utama burung rangkong adalah hilangnya kawasan hutan dimana mereka tinggal. Selain tekanan terhadap habitatnya, burung rangkong juga mendapatkan ancaman lainnya seperti perburuan liar untuk diperdagangkan sebagai binatang peliharaan, dan sebagai hiasan rumah. Bahkan balung dari Rangkong gading (Rhinoplax vigil) telah di export ke China di jaman dinasti Ming sebagai symbol keburuntungan. Di Indonesia ancaman berupa perburuan tidak banyak diketahui jumlahnya, tapi di yakini burung ini merupakan salah satu target perburuan untuk konsumsi maupun peliharaan. . Pagi ini ada yang menarik, cukup lama gak sempat buka-buka milis (kebetulan internet kantor tidak bisa untk buka email), terpaksa deh musti buka arsip milis lewat browser groups.yahoo.com agak lama memang tapi mo gimana lagi dari pada harus ketinggalan berita di milis. Ada yang cukup menarik dari postingan yang dikirim rekan di salah satu milis. Tentang sebuah project konservasi, tepatnya aksi konservasi burung rangkong (buceros rhinoceros) yang akan dilakukan. yah, sangat berbeda dengan aksi-aksi yang biasa kita jumpai, aksi ini dilakukan dengan memberikan bulu ekor burung rangkong yang dikumpulkan dari kebun binatang di US dan Eropa kepada masyarakat Dayak.

Kenapa masyarakat suku Dayak? mungkin sebagian banyak dari kita telah mengetahui arti burung rangkong bagi masyarakat Dayak, dimana bulu-bulu burung rangkong banyak digunakan pada upacara maupun tarian tradisional masyarakat Dayak. Sebuah aksi yang sangat briliian yang terpikirkan oleh rekan-rekan penggiat konservasi. Meskipun saya pribadi dan mungkin rekan-rekan penggiat konservasi sangat yakin bahwa masyarakat Dayak mengambil bulu burung rangkong dengan sangat arif dari alam, aksi ini mungkin akan membantu kelestarian burung rangkong di alam.

Jadi inget sebuah cerita dulu tentang budaya Masyarakat Tengger.

Semula masyarakat tengger tidak mengenal budaya janur (daun kelapa yang masih muda) untuk menghias pada saat ada perayaan atau upacara. Namun, atas jasa Dinas Pariwisata pada masa itu, budaya masyarakat Hindu Bali yang erat dengan hiasan jamur dimasukkan ke budaya masyarakat Tengger. Maka jadilah budaya masyarakat Tengger yang sekarang ini. Apakah budaya itu asli punya masyarakat tengger? yang jelas 'sekarang' itulah budaya mereka.

Upaya hibah bulu burung rangkong ke masyarakat Dayak bisa diibaratkan hibah cangkang (kerang) ke masyarakat Indian di amrik atau suku pedalaman di afrika. Masalahnya mungkin tidak se-simpel itu. Ketika kita sudah mengarah ke area 'budaya' ini akan memunculkan beberapa dilematika. Bayangkan saja, benda yang sebelumnya mereka anggap berharga, terus apa jadinya kalau benda yang berharga itu tiba-tiba jadi tidak berharga karena secara tiba-tiba pula jumlahnya melimpah. Nilai ekonomis barang akan jatuh bila kuantitasnya bertambah. Apa yang akan membuat mereka berbangga 'dihadapan' leluhur? juga apa mungkin simbol derajat kemasyarakatan di komunitas mereka bisa tetap terjaga?

Ternyata beberapa teman milis yang lain juga menanggapi beragam terhadap Project pembagian bulu burung ini. Yang paling parah, kebayang kalo sampek proyek ini terlaksana: Bulu-bulu ada dimana-mana, yang semula masyarakat Dayak menggunakannya saat acara/ritual tertentu, kini mereka menggunakannya setiap saat (buat kilik hidung, korek kuping, kemucing, hiasan rumah, dan lain sebagainya). Intinya beragam kemungkinan bisa terjadi, terlepas dari niatan baik project ini.

Tentang burung rangkong/hornbill, merupakan burung keluarga Enggang (Bucerotidae) yang di indonesia memiliki 14 spesies dan tersebar di sepanjang pulau-pulau nusantara. Jenis burung yang sangat unik dan keindahan yang luar biasa (tidak bisa dijelaskan hanya dengan gambar). Bagi orang yang belum pernah melihatnya, burung ini bisa dicirikan oleh ukuran tubuhnya yang besar (kurang lebih dua kali ayam kampung) dan memiliki paruh yang sangat besar menyerupai tanduk sehingga dinamakan hornbill yang berarti 'paruh tanduk'. burung ini juga bisa dikenali dari suaranya yang keras serta warna tubuh yang mencolok. Jenis kelamin rangkong dewasa bisa dikenali berdasarkan perbedaan warna pada paruh, cula, warna sayap dan mata.

Satu lagi yang unik dari cara hidup burung rangkong ini adalah bahwa burung ini tidak membuat sarang untuk tinggal dan berkembang biak selayaknya burung-burung yang lain. sebagai gantinya mereka biasanya memanfaatkan pohon yang memiliki cerukan. Ketika bertelur, burung rangkong betina ditutup bersama telur-telurnya di dalam cerukan pohon dengan lumpur. Hampir seluruhnya cerukan tertutup lumpur, hanya menyisakan celah kecil untuk sang jantan mengirim makanan kepada sang betina. Ini dilakukan sampai proses mengerami selesai dan anak-anak burung rangkong mulai dewasa. Cara ini dapat melindungi burung betina dan anaknya yang masih muda dari ancaman predator seperti macan dahan dan ular, tetapi tidak bagi orang semisal masyarakat kubu yang pandai memanjat pohon dan sangat menyukai daging burung rangkong ini.

7. Keanekaragaman Burung Rangkong (Enggang) Indonesia

Keanekaragaman burung Rangkong atau Enggang di Indonesia sangat tinggi di bandingkan negara lain. Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki jenis burung Rangkong. Dari 57 spesies burung Rangkong yang terdapat di seluruh dunia, 14 diantaranya terdapat di Indonesia. Keanekaragaman burung Rangkong itu makin terasa lantaran tiga jenis diantaranya merupakan endemik Indonesia yang tidak terdapat di negara lain.

Burung Rangkong dikenal juga sebagai Julang, Enggang, dan Kangkareng atau bahasa Inggris disebut Horbbill merupakan nama burung yang tergabung dalam suku Bucerotidae. Burung Rangkong atau Enggang mempunyai ciri khas pada paruhnya yang mempunyai bentuk menyerupai tanduk sapi. Nama ilmiahnya, “Bucerotidae” mempunyai arti “tanduk sapi” dalam bahasa Yunani.

Kenekaragaman Rangkong Di Indonesia. Burung Rangkong atau Enggang (Hornbill) terdiri atas 57 spesies yang tersebar di Asia dan Arika. 14 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Bahkan 3 diantaranya merupakan Rangkong endemik Indonesia.

Ketiga Rangkong atau Enggang endemik Indonesia adalah:

Rangkong Sulawesi atau Julang Sulawesi Ekor Hitam (Rhyticeros Cassidix); Rangkong ini merupakan satwa endemik pulau Sulawesi dan sekaligus menjadi fauna identitas Sulawesi Selatan). Satwa yang nama ilmiahnya bersinonim dengan Aceros cassidix ini oleh masyarakat setempat disebut juga sebagai Rangkong Buton, Burung Taonn, Burung Alo.
Julang Sulawesi Ekor Putih atau Kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus); Julang Sulawesi Ekor Putih merupakan endemik pulau Sulawesi
Julang Sumba (Rhyticeros averitti). Julang Sumba merupakan satwa endemik Sumba, Nusa Tenggara Barat. Selain disebut Julang Sumba burung ini juga disebut Goanggali, Nggokgokka, atau Rangkong Sumba.

Selain ketiga Rangkong endemik yang terdapat di Sulawesi dan Sumba tersebut masih terdapat jenis-jenis Rangkong lainnya yang tersebar di Papua, Kalimantan, dan Sumatera. Jenis-jenis itu diantaranya: rangkong

Kangkareng Perut-putih atau Burung Kelingking (Anthracoceros albirostris)
Kangkareng Hitam atau Enggang Gatal Birah atau Burung Kekek (Anthracoceros malayanus)
Enggang Cula atau Rangkong Badak atau Burung Tahun-tahun (Buceros rhinoceros)
Enggang Papan atau Rangkong Papan (Buceros bicornis)
Enggang Gading atau Rangkong Gading atau Enggang Terbang Mentua (Rhinoplax vigil)
Enggang Klihingan atau Enggang Konde atau Julang Jambul Abu-abu atau Burung Arau atau Burung Belukar (Anorrhinus galeritus)
Enggang Jambul atau Enggang Jambul Putih (Berenicornis comatus)
Julang Jambul Hitam atau Enggang Berkedut (Aceros corrugatus)
Julang Emas atau Julang Mas atau Enggang Musim atau Enggang Gunung (Rhyticeros undulatus)
Rangkong Dompet (Rhyticeros subruficollis)
Rangkong Dompet (Rhyticeros plicatus)

Enggang Gading atau Enggang Terbang Mentua (Rhinoplax vigil) merupakan satwa yang dijadikan maskot (fauna identitas) Kalimantan Barat. Sedangkan Rangkong Papan (Buceros bicornis) merupakan jenis Rangkong yang paling besar yang memiliki panjang tubuh mencapai 160 cm.

Mengenal Burung Rangkong. Secara umum burung Rangkong atau Enggang mempunyai ciri khas berupa paruh yang sangat besar menyerupai tanduk. Di Indonesia, ukuran tubuh Rangkong sekitar 40 – 150 cm, dengan rangkong terberat mencapai 3.6 Kilogram. Umumnya warna bulu Rangkong didominasi oleh warna hitam (bagian badan) dan putih pada bagian ekor. Sedangkan warna bagian leher dan kepala cukup bervariasi.

Ciri khas burung rangkong lainnya adalah suara dari kepakan sayap dan suara “calling”, seperti yang dipunyai Rangkong Gading (Buceros vigil) dengan “calling” seperti orang tertawa terbahak-bahak dan dapat terdengar hingga radius 3 Km.

Burung Rangkong tersebar mulai dari daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Tenggara, New Guinea dan Kepulauan Solomon Sebagian besar hidup di hutan hujan tropis. Rangkong banyak ditemukan di daerah hutan dataran rendah dan perbukitan (0 – 1000 m dpl). Makanan Rangkong terutama buah-buahan dan sesekali binatang2 kecil seperti kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.

Keanekaragaman burung Rangkong atau Enggang di Indonesia ini merupakan sebuah kebanggaan. Sayangnya makin hari populasi Rangkong di Indonesia makin menurun. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kawasan (habitat) sebagai akibat deforestasi hutan, berkurangnya makanan dan tempat bersarang, dan perburuan Rangkong.


8. Perkembangbiakan
Musim bersarang rangkong Sulawesi dimulai pada awal Juli dan berakhir
pada pertengahan Januari. Masa bersarang dari 2 pasang rangkong yang
diamati
mulai dari penutupan sarang sampai keluar sarang adalah 133
hari. Burung
betina memilih bersarang di lubang-lubang kayu. Pohon
sarang mempunyai
ketinggian berkisar 10-42 m. Selama musim mengeram,
betina terkungkung
dalam lubang kayu dan sama sekali tak pernah keluar
hingga telurnya menetas. Persiapan mengeram cukup unik. Setelah telur
siap dierami, betina berusaha menutup lubang sarang dengan menutup
lubang sarang dengan menggunakan kotoran, lumpur, ranting, dan serbuk
kayu yang dioleskannya dengan paruh pada lubang sarang; mirip dengan
tukang memplester tembok. Sedikit demi sedikit lubang sarang tertutup;
akhirnya yang disisakan tinggal lubang kecil berukuran sekitar 5 - 7,5
cm. Kegiatan menutup lubang sarang dimulai ketika betina sudah 2 - 3
hari berada di sarang. Selama masa mengeram betina terkungkung dalam
lubang. Suplai makanan diberikan oleh sang suami, si jantan, yang
dengan setia melakukannya selama betina mengeram. Jumlah telur biasanya
2 butir, meskipun demikian biasanya hanya satu ekor anak yang akhirnya
hidup. Jika telur telah menetas dan anak burung agak besar, dinding
penutup lubang dirusakkan oleh induk dengan cara mematuknya.